Kekuatan ku telah habis, mempertahankan mu seorang diri, menjaga mu agar kau tetap aman dalam pelukan hangat ku, membiarkan mu menari nari dengan indah di dalam pikiran ku..
Cinta yang membunuh ku ini memang benar benar mematikan ku..
Aku hilang arah, tau kah kamu?
Kadang memang aku menjengkelkan karna terlalu cerewet terhadap mu..
Tapi sungguh!
Semua yang aku lakukan semata mata hanya karna aku mencintai mu dan begitu takut akan tembok besar yang hendak memisahkan kita..
Aku berusaha sekuat apapun agar kita tetap bergandengan, agar tak ada apapun dan seorangpun yang memisahkan kita. Tapi kamu melepaskan genggaman mu, kamu memilih untuk meninggalkan aku tanpa kau tau bahwa aku sangat terluka.
Benteng yang begitu kuat, tinggi dan kokoh yang telah aku bangun telah kau hancurkan, entah sangat mudah buat mu mengahncurkan benteng yang begitu kuat. Tak tau harus dengan cara apa lagi aku membangun ulang benteng itu, menyusun satu persatu kepingan dari runtuhan benteng itu, sehingga tangan halus ku menjadi kasar dan berdarah.
Kamu menoleh ke arah ku?
TIDAK!!!
Kamu pergi seakan tak ada yang tertinggal, padahal aku tengah kesusahan membangun benteng itu kembali.
Dengan perjuangan ku, berteriak sekencang kencangnya agar kau mendengar tangis ku, agar kau kembali dan membantuku menyusun benteng kita.
Benteng yang sempat menjadi saksi bisu dari cinta kita, menjadikan kita utuh dan satu satunya penghuni dari benteng itu.
Lantas Benteng Sekuat Apa Lagi yang Harus aku Bangun?
Hendak kah kau membantuku membangun nya kembali?
Setidaknya memberi semangat dan menemaniku ketika aku bersusah payah membangun benteng kita..