Seribu kata mungkin tak cukup untuk mengungkapkan rasa terimakasih untuk mu... Ayah. Aku tidak terlalu mengenalmu, aku tidak begitu akrab dengan pribadi mu, sebegitu engkau datang dan tiba-tiba kau pergi tanpa kata.
Kamu datang saat aku baru saja melihat indahnya dunia, ketika aku lahir aku merasakan hadir mu, dekapan mu, dan suara azan yang kau bisikan di telinga ku, aku tau itu engkau meski aku belum mengenal sosok mu sebenarnya.
Ayah, bukankah kau seharusnya menemani ku hingga aku tumbuh dewasa dan berani menghadapi dunia yang keras ini? mengapa engkau pergi tanpa pamit ketika usia ku masih sangat muda? aku masih sangat membutuhkan hadirmu untuk menjaga dan mendampingi ku ketika aku menikah nanti.
Engkau pergi tanpa pamit ketika aku sedang butuh, ketika aku masih duduk di kelas 4 sekolah dasar ketika aku sedang semangat semangatnya menunjukan nilai nilai terbaik ku di sekolah, ketika aku sedang belajar naik sepeda untuk berangkat kesekolah, seketika itu engkau dipanggil oleh yang maha kuasa, entah kenapa secepat itu, aku merasa begitu hancur, aku kehilangan engkau ayah..
Aku mungkin egois karna ingin engkau menemaniku hingga akhir hidup ku tanpa perduli bahwa sebenarnya engkau milik Allah dan kapanpun bisa diambilNya.
Sekarang usia ku hendak menginjak 19 th, sekitar 10 tahun lamanya aku tidak berbincang secara langsung kepada mu, aku hanya bisa melihat mu dalam mimpi dan angan ku, ketika aku berandai andai, aku melihat ayah tersenyum kepadaku, hanya senyum tanpa kata, lalu aku membalas senyum itu dengan sedikit tetesan air mata yang tidak sadar menetes dari pelupuk mata.
Kita hanya merasakan kebersamaan selama 9 tahun, sebelum engkau pergi engkau memberiku 1 pesan yang sampai sekarang masih aku ingat, engkau berkata "anak ku, kamu lahir seperti air putih yang begitu bersih dan suci, jangan sampai air putih yang suci ini menjadi kotor dan tidak suci lagi, jaga baik baik air putih ini".
Disaat itu aku hanya diam dan menganggukan kepala, diusia ku yang masih belia aku hanya tau bahwa ayah sedang menasihati ku dan tidak tau harus bagaimana, yang aku lakukan hanya menyimpan kata kata itu kedalam otak ku dan akan aku analisa ketika aku sudah dewasa kelak.
Ayah, meski hanya 9 tahun kita bersama, aku merasakan bahwa kasih sayang mu begitu besar terhadap ku, tidak ada sosok manapun yang bisa menggantikan posisimu di dalam hati ku. Kepergian mu yang cepat itu mengajarkan aku untuk hidup mandiri, menjadi dewasa dan mengerti bahwa hidup di dunia hanya sementara.
Ayah, ketika aku menulis ini pipi ku mulai basah, hidungku memerah, pelupuk mata ku mulai tergenang oleh air mata, keyboard inipun mulai basah karna satu persatu tetesan air mata. Aku hanya ingin berterimakasih atas 9 tahun yang indah dan tidak akan terlupa.
Ayah, doakan aku dari sana, tengok aku lewat mimpi. Kini aku mulai siap menghadapi kerasnya dunia.
:')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar